Word For Life

- Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, sepeda harus terus berjalan. Demikian pula hidup ini.
- Tidak ada hal yang lebih lembut dari kekuatan, dan tidak ada hal yang lebih kuat dari kelembutan.
- Senyuman merupakan hal kecil yang dapat membuat hidup ini menjadi lebih mudah.
- Kesenanagan terbesar dalam hidup ini adalah melakukan hal, dimana orang lain menganggap bahwa kita tidak mampu melakukan hal tersebut.
- Terkadang manusia bisa menjadi air seperti malaikat, tapi manusia juga bisa menjadi api yang membakar semua seperti iblis.
- Setajam-tajamnya pedang pasti ada sisi tumpulnya, seburuk-buruknya seseorang pasti ada sisi baiknya.
- keindahan dalam cinta itu bukan dari pelukannya atau ciumannya tapi dari kesetiaannya.
- Saat dalam cinta tak ada orang yang cerdas.

CERPEN Sausan Hidayah Nova

HANYA DIA
Ikhsan, dia cowok SMP. Dia pindah ke Bandung bersama orangtua, kakak dan adik laki-lakinya. Hari ini dia melaksanakan MOS di SMP barunya. Pagi-pagi sekali, Bunda telah membangunkan Ikhsan. “Sayang, bangun sayang” dengan lembut Bundanya membangunkan Ikhsan. “Ikhsan masih ngantuk Bun!!”. Akhirnya Bundanya keluar dari kamar Ikhsan. Sampai di ruang makan Ayah Ikhsan bertanya pada Bunda “Loh, Ikhsan sudah bangun Bun?”. “Gak tau tuh yah, susah banget dibangunin!” Bunda Ikhsan mengeluh. “Biar Irkel aja yang bangunin kakak” Irkel...dia adiknya Ikhsan. Irkel pun ke kamar Ikhsan. “KAKKKK UDAH JAM 8 ”, Ikhsan langsung terkejut dan ia pun langsung pergi ke kamar mandi. Irkel hanya bisa tertawa kecil. “Pagi, semua!!” sapa Ikhsan di ruang makan. “Pagi” jawab Ayah. “DASAR KEBO” kak Ilham yang selalu mengejeknya. “Cepet sarapan sayang, nanti telat loh” Bunda mengambilkan roti untuk sarapan Ikhsan. Selesai sarapan, Ayah dan Irkel berangkat duluan. Kak Ilham dan Ikhsan berangkat sendiri.  Sesampainya di sekolah, Ikhsan tidak sengaja bertabrakan dengan seorang cewek. “Sorry, gue gak sengaja”. Cewek itu cuma menjawab dengan polos “mm... gak papa kok”. Setelah itu, cewek tadi langsung pergi gitu aja. Saat MOS, Ikhsan bertemu dengan kakak kelas yang super cerewet, sebut saja dengan panggilan “Yola CS” ada Yola, Chely, Wanda, Anton dan Tomi. Mereka memang sudah terkenal di sekolah itu. “Hey, kalian... Kalian harus patuh sama apa yang gue suruh. Oke! NGERTI GAK SEMUA??” Yola berteriak di depan semua anggota MOS dengan wajah sangarnya. Ikhsan pun berbisik “bawel!!”. Yola lalu menghampiri Ikhsan “eh, loe! Ngomong apa barusan?”. “Gak papa kalee” Ikhsan hanya jawab dengan sinis. Ikhsan malah kena hukum sama Yola CS, tapi gak hanya Ikhsan yang dihukum, ada satu cewek yang juga ikut-ikutan dihukum. “Siapa nama loe?” ujar Yola. “Gue Ikhsan”, “gue Chaca”. “Sekarang juga kalian berdua jongkok sambil jewer telinga loe sendiri, AYOOO CEPAT!” bentak Yola.  Saat istirahat, Ikhsan duduk di bangku dekat taman. Dia benar-benar marah dengan perilaku Yola terhadapnya. Karena terbawa emosi, saat Ikhsan berjalan dia tidak sengaja bertabrakan lagi. Kali ini dengan tiga orang cowok “Sorry, gue gak sengaja” Ikhsan meminta maaf pada tiga cowok itu. “Gak papa, siapa nama loe?” tanya salah satu dari mereka. “Gue Ikhsan, loe pada?”. Mereka berkenalan dengan Ikhsan “Gue Boni”, “gue Ali”, “gue Riski”. Karena kejadian itulah akhirnya mereka menjadi teman dekat. Siang hari... Sepulang dari sekolah, Ikhsan merasa lelah sekali. Ia pun beristirahat cukup lama. Karena esoknya ia sudah mulai belajar seperti biasa. Esok hari... Pagi ini Ikhsan sudah bangun duluan, tidak seperti biasa yang selalu susah untuk dibangunkan. “Duh, anak Bunda” Bunda yang melihat Ikhsan sangat rapi sekali. “Bun, aku berangkat duluan yaa” ucap Ikhsan. “Hati-hati sayang”   Di sekolah, Ikhsan langsung bertemu Riski, Ali dan Boni. “TET..TET..TETT!” bel masuk telah berbunyi, mereka pun memasuki kelas. Tidak lama kemudian Pak guru masuk ke kelas, panggil saja Pak Madi. “Pagi anak-anak!” sambil memukul meja. “Di sini Bapak mengajar Matematika, dan jika ada di antara kalian yang macam-macam dengan saya, saya tidak akan segan-segan untuk langsung menghukum” ujar Pak Madi dengan logat Maduranya. Mereka pun mendengarkan apa yang dijelaskan Pak Madi sampai bel istirahat berbunyi. Saat istirahat, Ikhsan berada di kelas. Sedangkan yang lainnya ada yang ke kantin dan ada juga yang ke perpustakaan. Saat Ikhsan sedang baca buku, ada cewek masuk ke kelas dan menegur Ikhsan. “Rajin banget”. Ikhsan langsung mengalihkan pandangannya ke cewek itu. “Eh, elu Ris..” cewek itu ternyata Risa. *flashback* Ikhsan memang sudah suka sama Risa, tapi setiap mau ngungkapinnya dia selalu gagal. Sampai-sampai Ikhsan nekat ke kamar Risa untuk mengambil buku Bahasa Indonesia yang pernah Risa pinjam sama dia. Memang waktu itu Ikhsan lupa jika ia menulis sesuatu di bukunya yang ditujukannya untuk Risa.  “Maaf San kalo aku ganggu kamu” ucap Risa. “Eh, gak papa kok, di sini aja kali. Temenin gue ”. Mereka berdua pun asik mengobrol dan bercanda. Saat bel masuk berbunyi, Riski, Ali, Boni, Mia, Tia dan Chaca masuk kelas. Mereka melihat Ikhsan dan Risa yang sedang asik berduaan. Tetapi ada apa dengan Chaca?? Kenapa dia terlihat tidak suka dengan keakraban Ikhsan dan Risa??  “Bulan ini, kita punya ekstrakurikuler baru” kata Mia pada teman-temannya. “Kamu ikut apa Lan?” tanya Risa pada Mia. “Gue ikut dance” jawab Mia yang masih sedikit terdengar suara Belandanya. “Sama dong kaya aku” sahut Tia. “Kalo loe?” Mia bertanya balik pada Risa. “Aku ikut paduan suara, kamu Cha??”. “Gue ikut karate aja” jawab Chaca dengan cuek. * Ikhsanpov* Sepulang sekolah, gue, Riski, Ali dan Boni sudah berada di ruang kesenian... “Siang anak-anak” sapa Ibu Mita. “Siang bu...”. “Hari ini hari pertama kita latihan ya, Risa kamu sendiri aja?” tanya Bu Mita pada Risa. “Iya bu, yang lain banyak memilih dance” jawab Risa. “Gak papa kali...kan masih ada gue” ucapku, Risa tersenyum. Keluar dari ruang kesenian, gue langsung menghampiri Risa. “Hei, Ris. Pulang bareng yuk” ajak gue. “M...boleh San..”. Yesss!!! Gue punya kesempatan pulang bareng Risa, di situ gue seneng banget. “Oh, iya San. Besok sore kamu mau gak nemenin aku ke toko buku?”. “Dengan senang hati ” Esok hari... Sesampainya di rumah, pulang dari sekolah. “Eh kak, luu kenapa?” tanya gue sama kak Ilham. Tidak seperti biasanya, dia begitu bahagia. “Kenape sih luuu ah!” gue makin penasaran. “Gue, barusan ketemu cewek. CANTIKKKKKK BANGET!! Kayanya dia temen sekolah luu”. Gue tambah bingung sama ka Ilham, bisa-bisa gue stres cuma gara-gara ngurusin hal seperti itu. Gue mandi dan langsung ke rumah Risa. Gue sama dia pergi ke toko buku, dia emang suka banget baca novel. Sepulang dari toko buku, gue dan Risa bercanda terus di jalan. Tiba-tiba kaki Risa masuk ke selokan. “Aduh!!” jerit Risa. “Eh, loe gak papa Ris!” gue langsung nolongin Risa dan berusaha mengeluarkan kakinya dari selokan itu. “Syukurlah”. “Thanks ya San”. Aku membawa Risa pulang dengan kakinya yang masih pincang. Sesampainya di rumah Risa, gue lihat ada kak Ilham di sana. “Loh, elu” sambil nunjuk kak Ilham. “Loe, abis jalan ya sama Risa?” tanya kak Ilham. “Iya kak” jawab Risa. “Eh, kaki kamu kenapa Ris?” kak Ilham tampak khawatir sama Risa. “M..gak papa kok kak cuma keseleo biasa. ...San, makasih banyak yaaa buat sore ini. Makasih juga karna udah nolongin aku tadi ”. “Iya, It’s oke.” Gue jawab dengan singkat. Gue pamit pulang duluan, sedangkan kak Ilham masih di rumah Risa. Pagi hari... Boni, menghampiri gue “hey, bro..nape lu? Muka lu kusut bener!”. “gak apa”. Ali langsung ikut nimbrung “Eh, San..gue tadi liat Risa sama kaka lu si.... kak Ilham!!”. “Ngapain?” tanya gue. “Tadi pas gue nguping, kalo gak salah....................................A!!!!!!! Kak Ilham nembak Risa!”. Gue langsung shock, apa benar yang dibilang Ali???  Pulang sekolah, gue ajak tuh si Risa ngomong empat mata. “Risa, loe jadian sama kak Ilham?”. Risa hanya menjawab “iya”. “apa lu gak sayang sama gue?” gue bertanya dalam hati. “maaf San, aku gak mau ngelukai sahabatku sendiri, Chaca” ucap Risa dalam hati.   Ternyata selama ini Chaca suka dengan Ikhsan. Karena Risa sudah mengetahui kalau sahabatnya itu suka dengan Ikhsan, dia pun menjauhi Ikhsan dan jadian dengan kak Ilham yang selama ini menyukai Risa. Dan Chaca yang mengetahui Risa dan Ikhsan sama-sama suka, dia pun juga menjauhi Ikhsan dan jadian dengan kerabat di ekstrakurikuler karatenya yaitu kak Wedi. Hari ini Ikhsan tidak masuk sekolah karena sakit. Sebenarnya Ikhsan tidak sakit, dia tidak sekolah karena tidak ingin bertemu dengan Risa. Sepulang dari sekolah, Risa ke rumah Ikhsan untuk menjenguknya. Dengan diantar kak Ilham, Risa lalu ke kamar Ikhsan. “Kenapa sih Ris...loe kaya gini sama gue??” Ikhsan menangis lalu mengambil pisau. Saat Risa membuka pintu kamar Ikhsan “IKHSAN!! Kamu mau ngapain??” Risa tampak cemas. Tetapi Ikhsan malah marah “apaan sih luu?? Gue tuh mau ngupas apel!!” Ikhsan mengambil apel “nih!! Lagian siapa sih yang nyuruh lu ke kamar gue” jawab Ikhsan dengan kesal. “Aku salah apa sih sama kamu??”. “Tanya tuh sama diri lu sendiri! Sekarang juga KELUAR!” Ikhsan membentakku dan menyuruhku keluar. Di depan kamar Ikhsan, “aku tau kamu marah sama aku”. Risa lalu pergi meninggalkan Ikhsan. Di dalam kamar... “Maafin gue Ris” ucap Ikhsan.  Beberapa bulan kemudian, Chaca putus dengan kak Wedi. Bukan karena Risa sudah punya pacar dan dia bisa mendekati Ikhsan, tapi memang dia ingin sendiri SINGLE HAPPY!:D Boni menghampiri Ikhsan yang sedang melamun “woy, ngelamun aje lu”. “Gimana ya supaya bisa ngelupain Risa?”. Boni menjawab “cewek di dunia ini gak cuman dia sob! Manfaatin dong kegantengan yang lu punya nih!”. “Maksud loe?” tanya Ikhsan pada Boni. “Iya, lue, adain ‘Pangeran Mencari Cinta’ gitu...pasti banyak yang daftar! ASEKK”. Maklum Boni emang cowok playboy di sekolah, kerjaannya gonta ganti cewek.  Beberapa hari kemudian... Di rumah Ikhsan, Bunda Ikhsan akan mengadakan arisan. Bundanya meminta tolong pada Ikhsan untuk mengajak teman-temannya membantu persiapan di rumah. Saat istirahat, Ikhsan bertemu Chaca dan Risa di taman “hei, kalian bisa ke rumah gue gak sore ini, bantu Bunda buat nyiapin arisan..”. “Bisa kok San..” jawab Chaca. “Yang cantik yaa nanti !! Eh, Ris.. loe boleh datang juga kok” Ikhsan langsung pergi. “aneh, kok Ikhsan jadi beda gini ya sama aku?” Risa merasa sedih. Sore hari di rumah Ikhsan... “Makasih ya semua.. sudah mau datang ” ucap Bunda Ikhsan pada teman-teman Ikhsan. “Sama-sama tan..” jawab Risa. “Kalo gitu, Riski, Ali, Boni, Mia sama Tia ikut tante ke dapur yuk...” Bunda Ikhsan pun mengajak mereka ke dapur. Sementara itu, di ruangan depan tinggal ada Ikhsan, Risa, Chaca dan kak Ilham. Ikhsan pun mulai melakukan aksinya, sambil memegang tangan Chaca “Cha, sini aku bantuin...”. kak Ilham pun juga gak mau kalah “Ris, sini aku bantuin kamu..”. Ikhsan melanjutkan aksinya lagi, kali ini wajah Ikhsan mendekat ke wajah Chaca “Cha, kamu cantik banget... eh, kamu keringet yaa? Sini biar ku elap”. Di situ Risa mulai merasa kalo Ikhsan sudah benar-benar suka dengan Chaca. Tetapi Chaca malah semakin bingung, kenapa Ikhsan melakukan itu.  Hari ini Ikhsan tidak masuk sekolah, dia izin menjenguk neneknya yang sedang sakit di Surabaya. *skip*. Sudah satu minggu Ikhsan tidak masuk sekolah, tetapi Ayah dan Bundanya telah kembali ke Bandung. Risa lalu menelepon  Bunda Ikhsan, “Halo..” Bunda Ikhsan mengangkat telepon . “Halo tan, saya Risa temannya Ikhsan. Apa Ikhsan sudah pulang?”. Bunda Ikhsan menjawab “dia gak mau diajak pulang, dia masih ingin di sana Ris. Rencananya besok Ikhsan akan pulang ke Bandung kok”. “makasih ya tan” Risa menutup telepon. Esok hari... “Ris, Ikhsan kapan balik?” Riski datang menghampiri Risa yang sedang berkumpul bersama Olan, Tia dan Chaca. “Kemaren kata Bundanya hari ini Ikhsan akan pulang” sahut Risa. Tiba-tiba, handphone Ali berdering, “eh, Bundanya Ikhsan!!...halo tan?”. Terdengar suara Bunda Ikhsan sedang panik “Halo Li, Li Ikhsan kecelakaan”. Ali terkejut “HA!! KECELAKAAN DIMANA TAN?”. “Saat mau beli tiket pulang, Ikhsan tertabrak mobil angkutan. Tante minta tolong ya izinkan Ikhsan sama gurunya. Sekarang tante akan pergi ke Surabaya” jelas Bunda Ikhsan. “Iya tan...”. Teman-teman Ikhsan tidak percaya kalau Ikhsan kecelakaan. Setelah beberapa hari, mereka mendapat kabar lagi bahwa Ikhsan berada di rumah sakit dan keadaannya sangat kritis. Dia koma dan sudah dua minggu ini belum sadarkan diri. Beberapa hari di sana, akhirnya orangtua Ikhsan pulang lagi ke Bandung.  Risa mendapat surat... Akhirnya Risa tahu apa sebab Ikhsan tidak pulang ke Bandung. Entah kenapa saat tidur, Risa bermimpi bertemu dengan Ikhsan. “Risa....” Ikhsan memanggil Risa dengan senyuman. “San....” Risa menjawab Ikhsan. Lalu Risa menghampiri Ikhsan, tetapi Ikhsan sudah tidak ada. Saat terbangun Risa berteriak “IKHSANNNNNNN!!!!!!!!!”. Papa Risa lalu ke kamar putrinya dan bertanya “kamu kenapa sayang?”. “Tadi Risa bertemu Ikhsan Pa”. “Sudahlah, itu karna kamu terlalu mengkhawatirkan keadaan Ikhsan” ucap Papa Risa.  Di sekolah... “Ris, kami bertiga pulang duluan ya.....Dah ” Tia, Mia dan Chaca lalu pulang duluan sedangkan Risa masih menunggu jemputan dari Papanya. Tiba-tiba kepala Risa menjadi pusing dan dia langsung pingsan. Tidak lama kemudian Papanya Risa datang menjemput dan langsung membawa Risa ke rumah sakit. Di rumah sakit Papa Risa bertanya keadaan putrinya pada dokter. “Gimana kondisi anak saya dok?”. “M...anak anda mengalami apa yang dialami Mamanya dahulu. Anak anda menderita tumor Pak.”. “Apa?” Papa Risa seakan tidak percaya. Keluar dari ruangan dokter, Risa bertanya pada Papanya “gimana tadi Pa?”. “Gak papa kok sayang, kata dokter kamu cuma kecapekan aja”. “Ya Allah, kenapa ini harus terjadi kepada hamba....jangan ambil hartaku yang paling berharga ini” ucap Papa Risa dalam hati sambil memeluk Risa. Malam ini, Risa mimpi Ikhsan lagi. Kali ini dia mimpi Ikhsan telah tiada. Saat tidur ia meneteskan air mata. Papanya yang melihat Risa seperti itu, merasa tidak tega. Liburan telah tiba, Riski, Ali, Boni, Mia, Tia dan Chaca berencana menjenguk Ikhsan di Surabaya. Di rumah Ikhsan Riski berbicara dengan Bunda Ikhsan “Tante, kami minta izin untuk menjenguk Ikhsan. Kami akan berangkat sekarang”. “Iya, hati-hati yaa kalian ” jawab Bunda Ikhsan.  Sore hari mereka sudah sampai di Surabaya. Selanjutnya mereka berangkat ke rumah sakit, mereka memasuki kamar dimana Ikhsan dirawat. “San...bangun San” akhirnya Ikhsan membuka matanya... “Ki...” ucap Ikhsan. “kalian di sini???”. “Iya, kami datang buat jenguk eluu” jawab Boni. “...Risa mana???” Ikhsan mencari Risa. “Risa gak bisa ikut San, dia lagi sakit juga ” jawab Tia. Teman-teman Ikhsan merawatnya. Saat Ikhsan sudah bisa berdiri, mereka mengajari dia jalan karena kakinya masih dalam keadaan pincang. Beberapa hari kemudian, Ikhsan pulang kembali ke Bandung. “Ikhsan!” sapa Risa. “Risa” sahut Ikhsan. Tiba-tiba mereka berpelukan, teman-teman yang lain langsung mengejek mereka, “ehem....” suara Ali. “Cie, ada yang kangen-kangenan nih”. “Apaan sih?” tanya Risa. “Ye, eluu”. Malam ini Risa tidak bermimpi Ikhsan. Tapi saat bangun dia bercerita pada Papanya, bahwa dia ditemui oleh Mamanya yang sudah meninggal. *flashback Mama Risa sudah meninggal sejak Risa berumur 2 tahun. Mama Risa menderita tumor, tumor tersebut menyerang tubuh Mama Risa sangat ganas.  Pagi harinya, saat hendak sarapan, Risa mengeluh pada Papanya kalau kepalanya pusing. Karena dia tidak kuat lagi, dia pun pingsan. Papanya langsung membawa ke rumah sakit. Keadaan Risa benar-benar parah. Di saat dia sedang koma, Ikhsan ikut sedih “kenapa begini, kenapa saat aku sudah datang kamu malah ninggalin aku...” Tidak lama dokter keluar dari ruang ICU. Dokter menghampiri Papa Risa “Pak, Risa bisa bertahan selama satu minggu, sebelum satu minggu itu harus ada pendonor darah untuk Risa”. Aku dan teman-teman mencari pendonor darah untuk Risa. “Gimana, kalian dapat pendonornya...?”. “Belummm” Hari ini sudah genap satu minggu. Ikhsan sedang menjaga Risa sambil menunggu Riski dan Boni datang membawa pendonor darah. Saat mereka datang, Ikhsan keluar “gimana, apa sudah dapat?”. Dengan muka sedih, “kami gak dapet San...”. di situ Ikhsan, Riski dan Boni mulai bingung. Tiba-tiba Papa Risa keluar “kenapa om...?”, Papa Risa menangis dan menggelengkan kepala. “Risa, sudah tidak ada. Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin.”. Mereka semua yang ada di sana, menenangkan Papanya Risa. “Ya Allah, kenapa kau harus mengambil dia, di saat aku sayang dengannya??” Ikhsan menangis.
SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar